Senin, 15 Juni 2009

RS Omni Seharusnya Jangan Terlalu Arogan

JAKARTA, KOMPAS.com 9 Juni 2009 — Dalam menangani kasus Prita Mulyasari, RS Omni Internasional dan para dokter masih merasa sebagai pihak yang paling benar sehingga terkesan arogan. Demikian penilaian Bahtiar Husain, lembaga Advokasi Kedokteran Indonesia, dalam diskusi yang bertajuk "Kasus Prita Dilihat dari Sisi Hukum Medis", Selasa (9/6).

Menurut dia, RS Omni seharusnya melakukan menyelesaikan kasus tersebut secara baik-baik. "Saya menyayangkan hal tersebut, seharus pihak Omni merangkul Prita. Karena dalam peraturan perundangan-undangan mengenai kesehatan, rumah sakit dan dokter dalam melakukan tugasnya berkewajiban standar profesi dan menghormati hak pasien," katanya.

Lebih lanjut ia meminta agar pihak Omni tidak terjebak kapitalisme segala bentuk dan tetap harus melekatkan fungsi sosial. "Dokter juga jangan memperburuk citra penegakan hukum, jangan sampai memberi suap atau terlibat hal yang dapat mengintervensi hukum," terangnya.

Sementara itu, M Nasser, Ketua Masyarakat Kesehatan Indonesia dalam kesempatan yang sama menambahkan, tindakan RS Omni Internasional yang menuntut Prita Mulyasari adalah hal yang menggelikan. "Masa rumah sakit menuntut mantan pasiennya, itu hal yang lucu sekaligus aneh," kata dia.

Menurutnya, akan lebih baik jika permasalahan tersebut diselesaikan melalui Majelis Kehormatan dan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI).